Senin, 11 Mei 2009

tips agar bayi pintar

  1. Kembangkan insting anda sebagai orang tua yang ingin memberikan terbaik untuk anak.
  2. Kembangkan hubungan emosional anda dimana hal itu sangat berarti dan menyenangkan bagi bayi melalui membaca.
  3. Pancing anak terlibat aktif saat membaca buku dengan pertanyaan seputar cerita yang baru dibaca, seperti pengenalan warna, gambar, bentuk atau penokohan cerita (apa saja yang memancing ketertarikan mereka maka gali lebih dalam!).
  4. Aktifkan terus kekuatan cinta, sebagai tambahan saat bermain dengan anak, tambahan cinta dan kasih sayang pada bayi merupakan energi bagi kekuatan otaknya.
  5. Berikan mainan yang sesuai dengan tahapan usia anak ;

Usia 0-4 bulan :

Menampilkan variasi mimik wajah ; menggerakkan secara perlahan benda di depan matanya ; mainan berwarna terang, menyanyikan lagu sederhana ; mengulang kata-kata; dan menerangkan kepada bayi aktivitas yang sedang dilakukan.

Usia 4-6 bulan :

Perkenalkan boneka bertekstur ; mainan blok dari plastik dan biarkan mereka mengadu kedua blok ; bermain musik dengan nada yang bervariasi ; tunjukkan buku dengan gambar objek berwarna terang.

Usia 6-18 bulan :

Berbicara dan berinteraksi sambil bertatap muka dapat meningkatkan hubungan antara suara bunyi dan kata ; mengenalkan anggota keluarga dan para tetangga yang sudah dikenal sekaligus memberitahukan namanya secara berulang ; menyanyikan lagu dengan nada berulang diikuti gerakan tangan ; bermain cilukba.

Usia 18-24 bulan :

Perkenalkan permainan sederhana seperti menaruh 3 benda berbeda warna dan bentuk lalu minta kepada anak untuk memberikan benda sesuai yang anda minta ; berbicara secara langsung sesering mungkin ; perkenalkan peralatan menulis dan menggambar seperti pensil, krayon dan kertas ; tanyakan “dimana dan apa” saat anda membacakan cerita untuk anak ; buat permainan bebas dengan boneka atau mainan favorit anak.

Usia 24-36 bulan

Berikan anak pujian dan penghargaan atas keberhasilan kemampuan motorik saat beraktivitas fisik ; dukung imajinasi /daya khayal anak dengan cara bermain boneka ; bantu anak mengenal kehidupan yang sebenarnya lewat permainan, seperti berbicara via telepon, bermain mobil-mobilan, minum teh bersama ; akrabkan anak dengan cerita sambil bertanya seputar cerita ; minta anak untuk menunjuk satu benda sesuai bunyi kata yang anda ucapkan saat sedang membaca buku bersama.

Usia 3-5 tahun :

Ajarkan berbagi melalui contoh sederhana ; bermain denga mengenalkan beberapa peraturan ; membatasi waktu menonton TV/video cukup 1-2 jam/hari dan dampingi anak sembari ciptakan percakapan interaktif seputar acara yang ditonton ; berikan pilihan seperti membaca buku atau bermain puzzle dan biarkan anak memilihnya ; batasi larangan (kata “tidak”) sekaligus beri penjelasan kenapa hal tersebut dilarang ; berikan anak tanggung jawab dan perhatian serta tunjukkan ketertarikan anda saat anak menceritakan pengalaman barunya ; luangkan waktu seiap hari untuk duduk bersama dan berbicara tentang aktivitas yang dilakukannya hari itu dan jadilah pendengar yang baik.

panduan merawat bayi

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa hanya sedikit orang tua baru yang benar-benar memahami perkembangan kehidupan bayinya. Padahal berbagai informasi seputar bayi bisa didapat dari berbagai sarana seperti buku dan majalah.

Berikut panduan singkat yang mendasar dari tahapan perkembangan bayi :

1. Meraih dan mengambil sesuatu

Pada usia sekitar 4 bulan, kebanyakan bayi sudah bisa meraih dan mengambil benda yang ada di dekatnya. Anda dapat membantunya dengan cara, meletakkan mainan kesukaannya yang bisa ia jangkau. Dan bila ia sudah semakin ahli dalam hal ini, pastikan benda-benda berbahaya tidak ada dalam jangkauannya.

2. Benda permanen

Bayi berusi 4-7 bulan mulai mengenal keberadaan suatu benda-bahwa sesuatu atau seseorang itu ada, meskipun tidak terlihat. Nah, anda dpaat berpartisipasi membantunya dengan cara :

  • Bermain sembunyi mainan-tapi sembunyikan sebagian saja , jangan semuanya, dan biarkan ia menemukan.

  • Bermain ci luk ba

  • Biarkan bayi mengetahui bahwa gerakan yang dia lakukan bisa menghasilkan sesuatu yang menyenangkan seperti, baby gym.

3. Komunikasi

Jauh sebelum bayi dapat mengeluarkan suatu vokal atau konsonan, ia sebenarnya sudah belajar berkomunikasi lewat tangisan, ekspresi, bahasa tubuh dalam menyampaikan keinginannya.

  • Bayi usia 2 bulan sering mengeluarkan suara vokal seperti “ooh” dan “aaah”

  • Bayi usia 6 bulan, mulai mengeluarkan “babababa”, tatata, atau “mamama”

  • Bayi usia 8 bulan sudah merespon bila nama mereka dipanggil.

  • Bayi usia 9 bulan sudah mengucapkan mama dan papa atau dada (tanpa arti) dengan beraneka suara dan ekspresi wajah

  • Bayi usia satu tahun mampu mengucapkan satu atau dua kata pertama

Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan bicaranya :

  • Tirukan setiap bunyi suara yang dikeluarkan bayi

  • Kenalkan suara dan kata baru pada bayi dan bantu dia mengucapkan kembali kata tersebut

  • Manfaatkan situasi sehari-hari dalam memperkenalkan kosa kata baru dan minta respon balik anak

  • Nyanyikan lagu sederhana yang berulang

  • Bacakan buku untuknya (sebaiknya dimulai sejak bayi berumur 6 bulan)

  • Sebutkan nama-nama benda, orang dan hewan yang anda tunjuk, serta tirukan suara hewan atau benda tersebut.

  • Bersabarlah menghadapi anak. Meskipun dia sudah mampu mengucapkan beberapa kata tertentu, tapi ia butuh waktu lebih lama untuk mereka benar-benar mengucapkannnya.

4. Berbagi

Kemampuan ini baru bisa dikuasai anak seiring dengan pertambahan usianya selepas batita. Namun, kita dapat memperkenalkannya sejak awal dengan sering bercerita padanya tentang apa saja, terutama menyangkut perasaanya, kekecewaanya, kesenangannya dan minatnya.

5. Toilet learning

Kita dapat memperkenalkan toilet learning kepada anak bila ia sudah menunjukkan kesiapan. Kita bisa melihat tanda-tandanya melalui :

  • Ia menunjukkan ketertarikan bila kita ajak ke dalam toilet (ketika didudukkan di kloset khusus atau saat melihat orang tua atau saudaranya di dalam toilet)

  • Popoknya tetap kering selama kurang lebih 2 jam

  • Ketika sedang asyik bermain, tiba-tiba ia merasa gelisah dengan popoknya atau ia akan mengatakannya

  • Ia mampu mengungkapkan bahwa popoknya sudah basah atau kotor

pemakaian gurita pada bayi

Selama ini ada tradisi turun-temurun yang dilakukan para orangtua untuk memakaikan gurita pada perut bayinya, terutama pada bayi baru lahir. Alasannya, otot perut bayi yang masih lemah harus disangga agar nantinya berbentuk bagus tak seperti perut katak. Apa iya perut bayi umumnya memang besar dan harus dipakaikan gurita agar bagus? Bagaimana pula membedakannya dengan perut buncit yang masuk kategori tidak normal?

Sejak janin, organ-organ tubuh terus berkembang sampai tiba saatnya dilahirkan, termasuk hati, limpa, usus, dan organ lainnya. Sementara ruang untuk tempat tumbuh organ-organ tersebut masih sangat terbatas. Tak heran kalau pada beberapa bayi sering terjadi tekanan yang sedemikian tinggi dalam rongga perutnya. Akibatnya, umbilikus-nya tidak menutup hingga pusarnya tampak bodong.

Selain itu, bagian kulit, maupun lemak dan dinding otot perut bayi masih relatif tipis dan lemah. Sedangkan muatan organ tubuh di dalamnya relatif banyak, sehingga belum mampu menahan dorongan organ-organ yang berada dalam rongga perut, terutama usus. Inilah yang membuat perut bayi tampak besar dan melebar seperti perut katak.

Sebetulnya, bila perut si kecil seperti itu normal-normal saja, kok. Jadi, tak perlu dibentuk-bentuk lagi secara khusus dengan pemakaian gurita. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, pertum-buhan kulit dan lemak perutnya kian menebal. Demikian pula dengan otot perut yang terbentuk semakin kokoh dan lebih mampu menahan daya dorong dari organ-organ yang berada dalam rongga perut. Sementara volume ruang perut bayi juga berkembang tambah luas. Itulah mengapa perut bayi tak lagi terlihat buncit.

Secara medis pemakaian gurita pada bayi tidak dianjurkan karena justru bisa mendatangkan kerugian, di antaranya:

  • Volume ruang perut bayi masih kecil. Tekanan akibat ikatan gurita membuat perkembangan organ bagian dalam agak tertahan.
  • Tekanan perut jadi tinggi yang selanjutnya dapat menekan titik-titik lemah seperti di pusar dan di daerah hernia dekat paha kanan-kiri.
  • Jika ikatannya terlalu kuat akan menekan bagian diafragma yang memicu bayi jadi gampang muntah.
  • Bayi merasa kepanasan dan berkeringat yang memicu munculnya biang keringat pada daerah yang dipakaikan gurita.
  • Dapat mengganggu gerak pernapasan bayi karena bayi masih menggunakan pernapasan perut.

Perlukah membedong bayi?

kebiasaan masyarakat kita, setiap bayi baru (hampir) pasti dibedong. Satu kebiasaan yang sudah berlangsung lama, mungkin sejak jaman nenek moyang kita. Menurut orang-orang tua dulu, dengan membedong bayi erat-erat dipercaya dapat mencegah kakinya berbentuk O pada saat ia besar nanti. Apa benar demikian? Tentu saja tidak!! Ini hanya mitos.

Kebiasaan membedong bayi memang lebih umum dipraktekkan oleh masyarakat Asia. Tapi sebenarnya, masyarakat di belahan bumi bagian barat sana pun (baca: negara maju) bukannya sama sekali tak mengenal praktek membedong (swaddling) ini. Cukup banyak orangtua baru saat ini yang dibuat bingung dengan pro-kontra yang timbul dari ’tradisi’ bedong membedong ini. Apa sih manfaat sebenarnya? Dan apa kerugiannya jika bayi tidak dibedong?

Swaddling atau membedong membuat bayi seperti selalu dipeluk. Ini mengingatkannya pada suasana dalam rahim ibu. Ia akan merasa nyaman dan aman. Itulah alasan rasional dibalik kebiasaan membedong. Tujuan membedong sama sekali bukan untuk ’meluruskan’ kaki bayi. Semua bayi baru lahir, kakinya memang tampak sedikit bengkok atau menekuk ke dalam. Tapi itu normal. Kondisi tersebut dikarenakan selama kurang lebih 40 minggu di dalam rahim ibu yang ruangnya memang terbatas, ia selalu dalam posisi meringkuk. Dalam beberapa bulan setelah lahir, dan tanpa dibedong pun, kedua kaki bayi akan ’lurus’ dengan sendirinya dan berbentuk normal.

atau membedong membuat bayi seperti selalu dipeluk. Ini mengingatkannya pada suasana dalam rahim ibu. Ia akan merasa nyaman dan aman. Itulah alasan rasional dibalik kebiasaan membedong. Tujuan membedong sama sekali bukan untuk ’meluruskan’ kaki bayi. Semua bayi baru lahir, kakinya memang tampak sedikit bengkok atau menekuk ke dalam. Tapi itu normal. Kondisi tersebut dikarenakan selama kurang lebih 40 minggu di dalam rahim ibu yang ruangnya memang terbatas, ia selalu dalam posisi meringkuk. Dalam beberapa bulan setelah lahir, dan tanpa dibedong pun, kedua kaki bayi akan ’lurus’ dengan sendirinya dan berbentuk normal.

Dalam kelelapan tidurnya (deep sleep/non-dream sleep), bayi sesekali bergerak seperti orang terkejut. Gerakan ini, yang disebut sebagai hynogogic startles, adalah normal. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa pun kadangkala mengalaminya. Hanya saja pada bayi baru lahir, refleks kejut ini lebih sering terjadi sehingga mengganggu kelelapan tidurnya. Refleks ini akan berkurang seiiring dengan pertambahan usia bayi, dan biasanya pada saat bayi berumur 1 atau 2 bulan, akan menghilang. Ada bayi yang dapat langsung tertidur kembali, tapi tak sedikit pula yang kesulitan dan lalu menjadi rewel. Membedong dapat membantu bayi untuk mengatasi refleks kejut ini dan membuatnya segera tidur kembali karena ia merasa seperti dipeluk. Penelitian di Washington University School of Medicine di St. Louis, Amerika menunjukkan bayi-bayi yang dibedong umumnya tidur lebih baik daripada bayi-bayi yang tidak dibedong.

Beberapa ibu ada yang merasakan kemudahan untuk menyusui bila bayinya dibedong. Bagi ibu maupun sang bayi, saat-saat pertama kali menyusui adalah masa yang penuh perjuangan. Ibu belajar untuk mencari posisi dan teknik menyusui yang benar. Si kecil juga berjuang mencari cara menyusu yang pas untuknya. Seringkali ia bergerak-gerak tak sabar, yang justru membuat ibu semakin sulit untuk menempatkannya dalam posisi yang benar dan nyaman. Dengan membedong, bayi akan relatif lebih anteng dan membuat proses belajar menyusui ini lebih lancar. Bayi baru lahir juga seringkali mengalami kolik, salah satu hal yang membuat orangtua baru kebingungan karena bayi yang tengah kolik akan gelisah dan menangis tak henti-hentinya.Swaddling atau membedong dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menenangkan si kecil yang sedang kolik.

Karena manfaat utama yang ingin diperoleh dari bedong adalah untuk membuat bayi merasa nyaman dan aman, dan bukan untuk menghangatkan tubuhnya (apalagi ’meluruskan’ kaki bayi), maka jangan membedong bayi dengan ketat ataupun menggunakan beberapa lapis kain. Bedong yang ketat (apalagi berlapis) akan membuat bayi kepanasan (overheated) dan dapat meningkatkan resiko pneumonia serta infeksi saluran pernafasan akut lainnya akibat paru-paru bayi tidak dapat mengembang sempurna ketika ia bernafas.

Bila Anda memutuskan untuk membedong bayi Anda, tak perlu ragu untuk melakukannya asalkan memperhatikan beberapa hal berikut ini. Bedong bayi dengan longgar saja. Tak masalah jika begitu terbangun si kecil ’memorak-porandakan’ bedongnya itu. Gunakan kain bedong yang tipis tapi cukup hangat, seperti kain flanel, dan cukup gunakan satu lembar kain saja. Bila bayi Anda menggunakan popok sekali pakai, jangan lupa untuk sering-sering mengganti kain bedongnya. Kenakan pakaian dari bahan yang tipis saja pada si kecil karena bila Anda memakaikan baju yang tebal atau berlapis-lapis dan kemudian membedongnya pula, bayi Anda bisa overheated. Jangan pula membedong sampai menutupi kepala bayi, ataupun mulai membedong di atas bahu, karena dikhawatirkan dapat menutupi hidung bayi. Setelah bayi berusia 1 bulan, sebaiknya jangan membedongnya ketika ia sedang bangun agar tak menghambat perkembangan motoriknya.

Tapi mesti diingat juga, tak semua bayi senang di bedong, lho. Sebaliknya, banyak pula bayi yang sangat menikmati dibedong. Ada bayi yang sejak semula memang sama sekali tak suka dibedong. Beberapa bayi mungkin hanya mau dibedong selama 2 minggu. Tapi beberapa bayi lain, meski sudah berusia 2 bulan atau lebih, masih senang dibedong ketika tidur. Dan ada pula bayi sebenarnya senang dibedong, hanya saja ia lebih senang jika kedua tangannya dibiarkan bebas. Untuk ini, Anda dapat membedong si kecil dari ketiak ke bawah, sehingga ia dapat bebas bermain-main dengan kedua tangannya. Apapun preferensi si kecil, Anda harus menghargainya.

Lalu, bagaimana kalau Anda tak ingin membedong si kecil? Tak masalah, kok. Sama sekali tak ada ruginya jika Anda memutuskan tidak membedong si kecil. Selain memberikan rasa nyaman dan aman kepada bayi, membedong sebenarnya juga memberi manfaat kepraktisan kepada orangtua, seperti memudahkan untuk menyusui dan menggendong. Tapi janganlah ini dijadikan alasan untuk membedong bayi. Sebaliknya, walaupun Anda tak ingin membedong si kecil tapi jika ternyata ia sangat menikmati dibedong, tak ada salahnya sesekali menuruti keinginannya, bukan? Yang paling penting sebagai orangtuanya, Anda dan pasangan yakin dengan apapun keputusan Anda itu. (EG)